Setelah telah mengadakan pelatihan InaSAFE dalam kaitannya dengan kajian resiko bencana dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bulan Desember 2015 kemarin, Disaster Management Innovation (DMI) dibantu oleh Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Indonesia kembali membantu BNPB untuk mengajarkan InaSAFE kepada beberapa staff mereka. Kali ini InaSAFE diajarkan dalam konteks penyusunan Rencana Kontinjensi.
Lebih jelasnya pelatihan InaSAFE ini diajarkan kepada staff BNPB yang berasal dari Deputi 1 dimana dihadiri oleh 24 peserta yang berasal dari 3 direktorat yaitu Direktorat Kesiapsiagaan, Pemberdayan Masyarakat dan Pengurangan Risiko Bencana. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas personil di BNPB khususnya dalam menyusun rencana kontinjensi serta memperkenalkan InaSAFE kepada para peserta serta beberapa manfaat yang dapat didapatkan dalam kaitannya dalam menyusun rencana kontinjensi.
Pelatihan ini dilaksanakan selama 2 hari pada hari Kamis tanggal 11 Februari 2016 hingga Jumat, 12 Februari 2016 dan berlokasi di Graha BNPB, Pramuka, Jakarta Timur. Pelatihan dimulai dari pukul 09.30 WIB hingga selesai. Adapun fasilitator dari pelatihan ini adalah Fredy Chandra dan Adi Kurniawan dari Disaster Management Innovation (DMI) dan Harry Mahardhika serta Elida Nurrohmah dari Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) Indonesia.
Pelatihan ini secara umum terbagi dalam 2 materi besar yaitu bagaimana para peserta memahami konsep penyusunan rencana kontinjensi sesuai dengan tugas mereka masing-masing serta fungsi QGIS serta InaSAFE dalam membantu serta mengaplikasikan tugas mereka dalam menyusun skenario rencana kontinjensi. Pelatihan ini dijadikan sebagai awal persiapan dalam menyambut kegiatan Ambon Direx yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Pelatihan ini menggunakan data Gunung Bromo serta Gunung Raung sebagai data latihan dan digunakan untuk menyusun skenario rencana kontinjensi.
Pelatihan ini bersifat tidak terlalu teknis dimana para peserta lebih banyak dilibatkan dalam proses diskusi maupun perhitungan data dampak bencana dari Gunung Bromo maupun Gunung Raung. Peserta dibagi dalam 2 kelompok besar dimana masing-masing kelompok diwakili oleh Gunung Bromo dan Gunung Raung. Dari situ para peserta diajak diskusi menggunakan Peta cetak Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Bromo dan Raung dalam menjawab beberapa pertanyaan terkait rencana kontinjensi seperti :
- Apa saja yang terdampak dari bencana tersebut? dan berapa jumlahnya
- Apa saja yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana tersebut?
- Berapa banyak bantuan yang dibutuhkan?
Setelah merasakan proses diskusi secara manual menggunakan peta cetak, peserta kemudian mencoba kembali menjawab beberapa pertanyaan di atas menggunakan InaSAFE dimana mereka diajarkan tahap-tahap sederhana dalam memasukkan data-data yang dibutuhkan kemudian melakukan perhitungan di InaSAFE hingga mendapatkan data-data (kemungkinan) dampak dari bencana gunung api di Gunung Bromo dan Gunung Raung. Data-data tersebut kemudian dijadikan bahan untuk masing-masing kelompok dalam menyususn rencana kontinjensi gunung api Gunung Bromo dan Gunung Raung.
Pelatihan kemudian ditutup dengan diskusi para peserta tentang hasil rencana kontinjensi yang mereka buat serta manfaat yang didapatkan dengan menggunakan InaSAFE dalam kegiatan perencanaan rencana kontinjensi mereka. Inti utama dari pelatihan ini adalah para peserta bisa merasakan proses dalam menyusun skenario rencana menggunakan data-data yang mereka miliki menggunakan InaSAFE sehingga skenario yang dihasilkan dapat didasarkan atas fakta yang ada bukan atas asumsi ataupun perkiraan semata sehingga skenario penanggulangan bencana yang dihasilkan dapat lebih dipertanggungjawabkan.